KabarinBekasi, CIKARANG SELATAN-Pemerintah Kabupaten Bekasi berkomitmen menciptakan Kabupaten Bekasi sebagai Kota Sehat dan tidak ada lagi individu yang BAB sembarangan. Sekretaris Daerah Kabupaten Bekasi, Dedy Supriyadi mengatakan bahwa program untuk tidak BAB sembarangan sudah berjalan tinggal di intensifkan lagi melalui Deklarasi Open Defecation Free (ODF) dengan melibatkan satuan OPD, Kecamatan, hingga desa.
“ODF di Kabupaten Bekasi masih cukup banyak di beberapa wilayah , namun dengan adanya deklarasi ini diharapkan bisa konsisten di jalankan para pemangku kepentingan baik Kepala Dinas, Camat,Desa hingga Lurah untuk menyukseskan program Stop Buang Air Besar sembarangan,”ujarnya usai pembukaaan kegiatan Deklarasi ODF di Hotel Preembizz, Kamis (14/12).
Menurut Dedy, Untuk menyukseskan program Stop Buang Air Besar (BAB) sembarangan dibutuhkan sinergisitas atau kolaborasi baik dengan dinas terkait maupun dengan stakeholder lainnya diantaranya Satpol PP untuk menertibkab bangunan liarnya seperti Wc Helicopter, kemudian normalisasi kalinya agar tidak menyebabkan banjir karena biasanya di pinggir pinggir kali itu banyak sehingga perlu di intensifkan.
“Tanpa kolaborasi atau sinergisitas tentu program Stop Buang Air Besar akan terkendala. Namun, disini kita tekankan melalui komitmen bersama agar yang menjadi tujuan utama bisa dilaksanakan dengan baik dan memberikan perubahan perilaku.”imbuh dia.
Jika tidak diatasi secara bersama program Stop BAB ini akan berdampak penularan penyakit. Tentu hal ini dipandang cukup tidak baik, maka dari itu pihaknya akan turun bersama dengan Kemenag melalui penyuluh agama untuk memberikan edukasi terkait program diatas. Intinya kita (Pemerintah Kab Bekasi-red) siap turun bersama.” Lanjut dia.
Pria yang pernah menduduki sederet jabatan mentereng di Eselon II ini mempertegas kembali bahwa masyarakat Kabupaten Bekasi harus memiliki pola hidup sehat dan lingkungan yang sehat agar tidak lagi yang buang air besar sembarangan.
“Harus di dorong terus perilaku hidup sehat dan lingkungan yang sehat agar pola yang selama menjadi kebiasaan perlahan menghilang,”imbuhnya
Disinggung pola BAB sembarangan apakah murni perilaku atau ada kaitan dengan masalah ekonomi keluarga? Dedy menjawab ada beberapa berdasarkan penelitian dan survei dilapangan ada orang dari jaman dulu perilaku kesehariannya sudah nyaman meski dia suadah memiliki jamban di rumahnya.
Sedang dari sektor ekonomi juga ada yang memiliki jamban. Makanya dengan adanya program Sipaldes untuk akhir tahun 2024 ada 600 titik dengan kaitan pembangunan jamban.
“Kalau tidak mampu membangun nanti kita bangunkan jambannya, dan pembangunan tidak hanya bersumber dari APBD saja tapi berkolaborasi dengan CSR, bapak asuh, kemudian di ADD juga kita minta dialokasikan juga,”pungkasnya (kb)