Sejarahwan Ali Anwar Ingin Ajak Kaisar Naruhito Gelar Tabur Bunga Di Kali Bekasi

KabarinBekasi, Kota Bekasi- Sejarawan Ali Anwar mengajak Kaisar Jepang Naruhito melakukan tabur bunga mengenang peristiwa pembunuhan tentara Jepang oleh pejuang Bekasi di antara Stasiun sampai Kali Bekasi pada 19 Oktober 1945 atau dua bulan setelah Proklamasi Republik Indonesia.

“Menurut saya, idealnya Kaisar Naruhito juga melakukan tabur bunga di Monumen Kali Bekasi alias Monumen Perdamaian Jepang-Indoesia di tepi Kali Bekasi,” kata Ali Anwar di Bekasi, di Bekasi (20/06)

Dia mengatakan momentum ini tepat mengingat Kaisar Naruhito sedang berkunjung ke Bekasi hari ini setelah melakukan lawatan ke Taman Makam Pahlawan Kalibata dan salah satu universitas di Jakarta Timur.

Selain itu anak dan cucu para korban juga melakukan prosesi tabur bunga setiap tahun pada awal 2000-an untuk mengenang tragedi kemanusiaan akibat perang dan penjajahan.

“Kedutaan Besar Jepang bersama Pemerintah Kota Bekasi dan PT Kereta Api juga membangun monumen di sana,” ucapnya.

Ia mengungkapkan pada September 1991, saat ahli sejarah hubungan Indonesia-Jepang Waseda University Dr. Ken’ichi Goto sedang berada di Indonesia, dirinya melalui sekretarisnya di Yayasan Historia Vitae Magistra (Yavitra) Dwi Mulyatari berinisiatif mewawancarai Goto untuk kebutuhan majalah Histori.

“Saya tertarik, maka berlangsunglah wawancara di Jurusan Sejarah FSUI. Wawancara mengenai sejarah hubungan Jepang-Indonesia era 1942 dan kontemporer. Goto menawarkan kami makan siang di restoran Jepang Wisma Nusantara Jakarta keesokan harinya,” ucap dia.

Saat pertemuan kedua, dirinya berinisiatif berbicara tentang banyak goa pertahanan Jepang (jinchi) di Indonesia. Ali juga menyinggung kasus pembunuhan 90 tentara Jepang di Bekasi yang langsung disambut fokus oleh Goto.

“Mengapa 90 tentara kami (Jepang) dibunuh rakyat Bekasi dengan kejam? Bukankah sudah menyerah dan menjadi interniran Sekutu?,” kata Goto dengan nada kecewa, seperti disampaikan Ali Anwar.

Dirinya kemudian mencoba menjelaskan berdasarkan hasil wawancaranya bersama beberapa pejuang terutama pelaku pembunuhan, Wakil Komandan BKR Bekasi Letnan II Zakaria Burhabudin yang menyebutkan bahwa peristiwa itu terjadi sebagai dampak beberapa persoalan yang terakumulasi.

Sejarah peristiwa pembunuhan ini juga dituangkan Ali Anwar melalui bukunya yang berjudul Revolusi Bekasi: Patriot Mempertahankan Kemerdekaan di Timur Jakarta 1945-1949, Komunitas Baca,  2016.

Pertama, Rakyat Bekasi menderita sejak masa Hindia Belanda oleh bangsa Belanda, pejabat pribumi, dan tuan tanah. Kemudian pemerintah pendudukan Jepang yang memerdekakan Bangsa Indonesia dari Belanda malah membuat Rakyat Bekasi semakin menderita.

Kelaparan merajela ibarat kepala ikan peda lebih bernilai dibandingkan kepala manusia. Tokoh dan Rakyat Bekasi juga tidak percaya Jepang sudah menyerah kepada Sekutu karena rakyat melihat tentara Jepang masih berkeliaran di mana-mana.

Faktor terakhir adalah Bangsa Indonesia sudah merdeka pada 17 Agustus 1945 sehingga mereka tidak mau dijajah lagi oleh bangsa mana pun. Di mana-mana rakyat meneriakkan pekik “merdeka,  bersiap, Allahu Akbar.”

“Profesor Goto kemudian mengangguk-angguk, paham. Saya baru mendapat jawaban yang rinci dan rasional,” kata Ali Anwar menirukan gestur dan ucapan Goto.(kb).